MAKALAH
STRUKTUR FILSAFAT ILMU IMAM AL-GHAZALI

Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas:
Mata
Kuliah : Filsafat Imam Al-Ghazali
Dosen :
Misbah Khusurur, SHI.,MSI.
Siti Salimatun Suburiyah (1623211012)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI (IAIIG)
CILACAP 2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah filsafat ilmu al-ghazali yang bertema ( Struktur Filsafat Ilmu Al-ghazali)
Adapun makalah Filsafat Ilmu Al-Ghazali telah kami usahakan semaksimal
mungkin, namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kami yang masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya penyusun mengharapkan, semoga dari
makalah Filsafat Ilmu Al-Ghazali ini
tentang (Struktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali) kita dapat mengambil manfaat yang
ada di dalam kandungan pembahasan filsafat ini.
Cilacap, 8 Mei ,2017
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Struktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali ialah sebuah
cabang-cabang ilmu yang akan yang mampu
memberikan solusi yang tepat lantaran (lima pondasi) sebagai Aksioma, Postulat,
paradigma, atau Asumsi Dasar. Karna pada dasarnya ilmu adalah sebuah kemajuan
dan kebahagiaan umat islam yang hingga sampai saat ini masih banyak sekali
manusia yang membutuhkan akan (Ilmu Pengetahuan) yang membuat kita semakin
ingin mengetahuai bagaimana cara mengatur pengetahuan hingga menjadi yang
benar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam hal ini kami
akan berusaha membahas tentang Struktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali dan
cabang-cabang apa, dan pertahapanya.
1.
Apa Pengertian Stuktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali?
2.
Apa Pengertian Struktur Prosesial?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui Struktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali.
2.
Untuk mengetahui Struktur Prosesial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Filsafat
Ilmu Al- Ghazali
Untuk memberikan solusi yang
tepat, kita harus membangun filsafat ilmu di atas lima fondasi sebagai aksioma, postulat, paradigma atau
asumsi dasar, yaitu:
(1) bahwa ada sesuatu diluar mental subjek, yang mempunyai substansi dan
esensi sendiri;
(2) Untuk mengetahui atau menangkap substansi dan esensi sesuatu sesuatu itu, selain Allah, ada
jalannya;
(3) manusia sebagai subjek ilmu
memiliki. Potensi dn kapabilitas untuk menelusuri jalan itu;
(4) bahwa tangkapan dan pernyataan subjek terhadap objek, atau ‘gambar”
(representasi) objek pada mental
subjek dan pernyataan, yang cocok atau sesuai dengan realitas objek sendiri
berdasarkan jalan tertentu, itulah
hakikat ilmu; dan
(5) bahwa ilmu adalah untuk kemajuan dan kebahagiaan abadi umat manusia.
Di atas kelima pustulat itulah, filsafat
ilmu Al- Ghazali sebagai sebuah sistem yang komprehensif dibangun. Empat yang
pertama disarikanya dalam statemen berikut:
Artinya:
“Yang benar adalah bahwa segala sesuatu mempunyai hakikat (esensi). Untuk
menangkap hakikat segala sesuatu itu, ada jalannya, dan adalah dalam
kesanggupan manusia menelusuri
Jalan itu bila ia mendapatkan pembimbing yang melihat.”
Dalam statemen di atas, kata
“hakikat” diterjemahkan sebgaimana aslinya (hakikat), dengan pemaknaan “esensi”
dalam kurung, untuk menghindari rduksi dan menunjukkan bahwa yang dimaksud
Al-Ghazali adalah esensi dalam arti inti atau kenyataan dalam dari sesuatu yang
inhern di dalam sesuatu itu.
Sering memakai kata haqiqat mahiyyah, dan huwiyyah yang semakna dengan
“esensi”,yakni “satiyyat al- syai” ( jati diri sesuatu), baik dalam arti
diatas, yang dilawankan dengan aksigen,eksistensi, dan form maupun dalam arti
“universal”seperti dalam definisi “ manusia adalah hewan berfikir.”Dalam arti
pertama, Al-Ghazali mengatakan misalnya:
Artinya:
“Tetapi sesungguhnya Dia (Allah) mempunyai hakikat (“esensi”) yang disifati
dengan “eksistensi”....,dan tesis mereka bahwa Dia adalah ” eksistensi” yang
tidak mempunyai “esensi” (mahiyyah) ialah irasional.”
Statemen di kemukakan Al-Ghazali sesudah mengkritik dua aliran
epistemologi, realisme-rasionalisme yang terlalu cepat menyakini sesuatu dan
memandang semua argumen sebagai “ burhan “dan idealisme subjektif serta
fenomenalisme yang menafikan kemampuan manusia untuk menangkap kebenaran dan
menempuh jalan-jalanya.
Statemen tersebut
mengandung :
1)
Asumsi dasar ontologis objektif, yaitu bahwa segala
sesuatu mempunyai hakikat
2)
Asumsi dasar, yaitu epistemologis-metodologis yaitu bahwa
untuk menangkap hakekat segala sesuatu ada jalannya
3)
Asumsi dasar subjektif-psikologis, yaitu bahwa dalam
kesanggupan manusia menelusuri jalan itu bila ia mendapatkan pembimbingan yang
melihat
4)
Asumsi dasar substansial-produktif yaitu bahwa tangkapan subyek terhadap objek
yang dihasilkan melalui jalan tertentu dan sesuai jalan realitas objek sendiri
, itulah hakekat ilmu
Filsafat Ilmu Al-Ghazali perlu
didekati secara historis, kronologis untuk menangkap struktur prosesialnya dan
secara sistematik-filosofis untuk menangkap struktur esensialnya. Dari sudut
struktur esensial, ia tersusun dari paradigma metafisis, baik ontologis maupun
kosmologis weltanschauung yang membentuk konsep-konsep epistemologis
sekaligus aksiologisnya. Akan tetapi analisis-sintestik terhadap riwayat hidup
serta pengakuanya dalam al-munqiz, ditambah statemen-statemenya dalam beberapa
kitab menyimpulkan bahwa Filsafat Ilmu Al-Ghazali adalah sebuah sistem atau
moderasi antara dogpatisme dan skeptisime absolut.
B.
Struktur Prosesial
Struktur dari
proses dan prosedur penelitian ilmiah
yang harus ditempuh secara sistematik untuk mencapai ilmu. Dari sudut struktur
prosesial, ia mencangkup sembilan langkah sistematik, atau “sistem sembilan
tahap” yang terbagi tiga, sebagai berikut:
I.
Tahap pra-penelitian
1.
Identifikasi masalah
2.
Penetapan tujuan penelitian (tercapainya ilmu)
3.
Intropeksi dan skeptik
II.
Tahap proses penelitian
4.
Tahap ontologis dasar, Asumsi dasar (yaqiniyyat)
III.
Tahap epistemologis
5.
Metodologi (sarana dan cara) mencapai ilmu fase I;
6.
Penyimpulan fase I (sebagian final, berupa imu yaqini
atau dugaan kuat, sebagian tentatif)
7.
Aplikasi praktis (dugaan kuat) untuk penyempurnaan jiwa
8.
Tercapainya kasyf (musyahadah yaqiniyyah) dan ilmu yaqini
sebagai pembuktian dan ilmu final
IV.
Tahap akhir (Aksiologis Akhir)
9.
Tercapainya kebahagiaan abadi (sa’adah abadiyyah)
Dengan demikian problem problem Filsafat Ilmu Al-Ghazali adalah
problem penyingkapan realitas seluruhnya pada segenap faset seutuhnya dengan
derajat ilmu yaqini (ilmu yang kebenaranya pasti), berdasarkan
mmetodologinya ilmiah tertentu, untuk mencapai kebahagiaan abadi. Pokok
pandanganya ini terefleksikan dalam keseleluruhan bangunan filsafat ilmu
tesis-tesis ilmiyah sendiri.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Struktur Filsafat Ilmu Al-Ghazali ialah cabang-cabang
ilmu yang menganalisis sebuah kebenaran ilmu dan bagaimana manfaat kegunaanya,
dan cara penggapaianya dalam tingkat akhir (final), sesuai dengan final yang di
inginkan, dengan demikian cara berfikir ini melalui logika manusia, yang selalu
penuh pertimbangan dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi guna mendapatkan
sebuah ilmu yang kebenaran.
DAFTAR
PUSTAKA
DR.H.Saeful Anwar, M.
(2007). Bandung: Filsafat Iimu Al-Ghozali.