Minggu, 26 November 2017

TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM DAN PEMIKIRANNYA

TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM DAN PEMIKIRANNYA
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia atau Philosophos; “philo” berarti cinta dan “sophia” atau “sophos” berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat berarti cinta pengetahuan atau cinta kebijaksanaan. Cinta disini berarti rasa ingin mencapai sesuatu, dan pengetahuan disini berarti tahu dengan sangat mendalam sampai ke akarnya.
Pembahsan kali ini adalah tentang tokoh-tokoh filsuf Islam dan pemikirannya. Filsafat sendiri merupakan hasil berfikir tentang hakikat dengan sistematis, radikal, dan universal. Sedangkan Filsafat Islam yaitu pemikiran para filfus tentang ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang didasarkan pada ajaran Islam dalam suatu aturan yang logis dan sistematis.
Tokoh dan Pemikiran
1.     AL-KINDI
Nama Al-Kindi dari nama sebuah suku, yaitu banu kindah yang suku keturunan kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab, dan nama lengkap: Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al-sabah, Ibnu Imran, Ibnu al-Asha’ath, Ibnu Kays al-Kindi, keturunan susu kays. Gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang bernama Yusuf), lahir tahun 185 H (801 M) di Kufah, nama orang tua Ishak Ashshabbah dengan jabatan Gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan al-Mahdi dan Harun al-Rasyid dari Bani Abbas.
Al-Kindi (801-873 M), di dunia Barat terkenal dengan nama al-Kindus. Beliau adalah keturunan bangsawan Arab dari kerajaan Kinda (Yaman), lahir di Basrah pada tahun 185 H anak Ishak al-Shabbah , gubernur di Kufah (Irak) semasa pemerintahan khalifah-khalifah al-Mahdi dan Harun al-Rasyid.
Al-Kindi mengalami kemajuan pikiran islam dan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, bahkan ia termasuk pelopornya. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat, dalam suasana yang penuh pertentangan agama dan mashab, dan dibanjiri oleh paham golongan Mutazilahserta ajaran-ajaran Syah.
Karyanya al-Kandi banyak mengarang buku yang kurang lebih berjumlah 241 dalam berbagai bidang ilmu terutama bidang filsafat, logika, aritmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik optika, musik, matematika, dan sebagainya.
Isi karangan-karangan tersebut bermacam-macam antara lain bidang filsafat, logika, aritmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik optika, musik, matematika, dan sebagainya. Al-kindi tidak banyak membicarakan persoalan-persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas sebelumnya, akan tetapi dia tertarik dengan definisi-definisi dan penjelasan kata-kata dan lebih mengutamakan ketelitian kata-kata dari pada menyelami problema-problema filsafat.
Karangan-karannya terkenaldikemukakan oleh seorang ahli penemuan jerman, yang hillmuth Ritter diperpustakaan aya sofra, istambul, dan terdiri dari 29 risalah yang membicarakan persoalan alam dan filsafat yaitu ke-Esahan Tuhan, akal, jiwa, filsafat, pertama. Risalah-risalah tersebut diterbitkan dimesir oleh M. Abdul-Radi Aburaidah.
Unsur-unsur pada pemikiran al-Kindi adalah:
a.       Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan kearah filsafat.
Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metefisika, meskipun al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles dengan qadimnya alam.
b.      Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
Wahyu dan Imam (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungandengan tuhan dan sifat-sifat.
c.       Aliran Mutazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Al-Quran.
d.      Pandangan Al-Kindi tentang Filsafat
Filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu ke-Esaan. Ilmu keutamaan (Fadillah), ilmu tentang semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta cara menjahui perkara-perkara yang merugikan. Jadi tujuan-tujuan filosof bersifat teori, yang mengetahui kebenaran,  dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan, semakin dekat kepada kebenaran semakin dekat pula kepada kesempurnaan.
2.      AL-FARABI
Abunasr Muhammad Al-Farabi (870-950 M). Beliau adalah seorang muslim keturunan Paris, yang didirikan dikota Farab (turkestan), anak muhammad Ibnu Auzaigh panglima perang persia dan kemudian berdiam di Damsyil. Al-Farabi belajar di Baqdhah dan harran, kemudian ia pergi ke suria dan mesir, Al-Farabi diambil dari kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara turkestan, karena itu al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.
Ibnu Sina pernah mempelajari buku metafisika karangan Aristoteles dari empat kali, tetap belum juga mengartikan maksudnya, setelah ia membaca karangan al-Farabi yang berjudul Aghradi kitabi ma ba’da at-Thabi’ah (intisari buku metafisika), baru mengerti apa yang selama ini dirasakan sukar.
Karya-karyanya
a.       Aghadlu ma Ba’da at-Thabi’ah
b.      Al-Jam’u bai’na Ra’yai al-hakimain (mempertemukan pendapat kedua filosof, maksudnya Plato dan Aristoteles)
c.       Tahsil as-sa’adah (mencari kebahagiaan)
d.      Uyun ul-masail (pokok-pokok persoalan)
e.       Ara-u Ahl-il madinah al-fadilah (pikiran-pikiran penduduk kota utama , nageri utama)
f.       Ih-sha’u al-ulum (statistik ilmu)
Tuhan itu Maha Esa, tidak terbatas dalam segala sesuatunya, hal-hal yang membatasi berarti tuhan tidak Esa lagi. Seperti memberi definisi kepada sesuatu benda atau barang, lain halnya dengan sebagai mana juga manusia, yang dapat diberi definisi sehingga dapat diketahui pengertian tentang manusia.
Pada manusia dapat didefinisikan sebagai hewan yang berakal, hewan menunjukkan perbedaan yang ada dari golongannya. Tidak demikian dengan Tuhan yang mutlak, sebagai substansi oleh sebab itu definisi tentang Tuhan musthahillah dapat dirumuskan. Suatu rumusan definisi tentang Tuhan berarti akan mehilangkan ke-Esahan Tuhan, hal ini di kemukakan oleh Al-Farabi dalam pendapatnya.
3.   IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan dimana khalifat abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula berada dibawah kekuasaan khalifat tersebut mulai melepaskan diri persatu untuk berdiri sendiri.
Menurut penyelesaiannya sendiri, Ibnu Sina dilahirkan di desa Afsyanah, tidak jauh dari di Transoxiana (persia utara).
Ibnu Sina juga mahir dalam kedokteran, ketika ia mencapai usia 17 tahun. Hibnu Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja mengarang: penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama. Ibnu Sina meninggal pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal Hamadzan pada usia 58 tahun.
Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu pemgetahuan, antara lain:
a.       Ilmu-ilmu agama
b.      Ilmu-ilmu falsafah
c.       Ilmu-ilmu politik
d.      Ilmu-ilmu kedokteran
e.       Metafikasi Ibnu Sina
Pemikiran metafikasi Ibnu Sina bertitik tolak kepada pandangan filsafatnya yang menbagi tiga jenis hal, yaitu:
Penting dalam dirinya sendiri, ada perlu kepada sebab lain untuk kejadiannya, selain dirinya sendiri yaitu Tuhan.
Berkehendak kepada yang lain, yaitu makhluk yang butuh kepada yang menjadikannya.
Makhluk mungkin, yaitu bisa ada, bisa pula tidak, dan ia sendiri tidak butuh kepada kejadiannya, maksudnya benda-benda yang tidak berakal seperti pohon, air, batu, api, dan lain-lain.
4.       AR-RAZI
Ar-Razi dilahirkan di Ravy, di povinsi Khusaran, dikatakan oleh beberapa ahli telah pandai memainkan harpa pada usia remajanya, dan oleh yang lain (dikatakan) telah menjadi seorang penukar uang sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran.
Karya-karyanya adalah sebagai berikut:
Sekumpulan risalah logika bekenaan dengan katagori-katagori, demostrasi, ijogage, dengan logika, seperti yang dikatakan dalam ungkapan lama islam.
a.       Sekumpulan risalah tentang metafikasi pada umumnya.
Mateni mutlak dan partikular.
Plenum dan vacum, ruang dan waktu.
b.      Fisika.
Bahwa dunia mempunyai pencipta yang bijaksana.
Tentang keabadian dan ketidakabadian Tuhan.
Sanggakan terhadap proclus.
Opini fisika “plutarch” (placita philosophorum).
Sebuah komentar tentang timaeus.
Sebuah komentar terhadap komentar plutarch tentang timacus.
Sebuah risalah yang menunjukkan bahwa benda-benda bergerak dengan sendirinya dan bahwa gerakan itu pada hakikatnya adalah milik mereka.
Obat pencahar rohani (spritual physic).
Jalan filosofis.
c.       Tentang jiwa.
Tentang perkataan imam yang tidak bisa salah.
Sebuah sanggahan terhadap kaum mutazilah.
Metafisikan menurut ajaran plato.
Metafisikan menurut ajaran sokrates.
Sedangkan bukunya yang paling besar adalah “al-Hawi”. Buku tersebut merupakan sebuah ensiklopedia dan telah diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh seorang yahudi: namanya adalah Faraj Ibnu Salim. Adapun diantara karya-karyanya yang lain ialah: risalah tentang metafisika, maqhotah fi’imaaraatil al-iqbali wa al daulah, tentang kelezatan dan ilmu ketuhanan serta ilmu prinsip yang kekal.
5.       AL-GHAZALI
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang terletak didekat Thus di Khusaran (Iran), ia berbelar hujjarui islam, sebutan al-Ghazali diambil dari kata-kata “Ghazalah” yakni nama kampung kelahiran al-Ghazali, sebutan tersebut kadang-kadang diucapkan dengan “Al-Ghazzali”. Istilah ini berakal kata pada “Ghazal” artinya tukang printak benang sebab pekerjaan ayah al-Ghazali adalah memintal benang wool.
Tokoh terbesar dalam sejarah reksi islam Neo-Platonisme adalah al-Ghazali seorang ahli Hukum, teolog, filosof, dan sufi, dilahirkan di Thus (khusaran) pada tahun 1059,  pertama-tama al-Ghazali memutuskan perhatiannya pada ajaran yuris prudensi (fiqh) dengan salah seorang Radzkani, kemudian berpindah kejurjan dimana ia meneruskan studinya dengan Abu al-Qasim al-Isma’ili. Meskipun begitu, gurunya yang paling besar adalah al-Juwayni, seorang teolog Asy’ariyah yang termukakan saat itu. Al-Juwayni memprakasai muridnya yang brilian ini kedalam studi kalam, filsafat dan logika, perkenalannya dengan teori dan praktek miskitisme adalah berkat jasa al-farmatzi (W. 1084). Seorang sufi terkemuka saat itu.
Karya-karya dan pandangan kefilsafannya
Sebagai seorang ilmuan, al-Ghazali berhasil menyusun buku-buku Tahafutul Falasifah, al-Munqizminadi Dialal, Ihya Ulumuddin, manthik, faqih, tafsir, akhlak, adat persoalan.
Buku al-Muqidz Minadh (penyelamat dan kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar